Gerakan Sosial Baru dalam Fenomena Gerakan Hijrah dikalangan Millenium
Gerakan
Sosial Baru dalam Fenomena
Gerakan Hijrah dikalangan Milenial
Dian
Ramadhani
17105040004
Hijrah merupakan peristiwa penting
bagi kaum Islam. Karena dengan peristiwa hijrah inilah Islam terus berkembang
sampai saat ini. Hijrah pada zaman terdahulu
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai strategi untuk menyebarkan ajaran agama
Islam. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bersama dengan para sahabat
dan para pengikut-pengikutnya. Mereka para pengikut Nabi yang berani dengan
tekat meninggalkan tempat tinggalnya demi berjuang dan berhijrah di jalan Allah
untuk menyebarkan agama Islam. Melalui
hijrah Nabi membangun peradaban baru dan membentuk sikap saling menguatkan dan
mendukung satu sama lain.
Kini hijrah menjadi tren dikalangan
muslim yang memiliki keinginan untuk memperbaiki diri dengan cara lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini bisa disamakan dengan pemaknaan tobat.
Jika pemaknaan hijrah pada zaman Nabi adalah berpindahnya satu tempat ke tempat
lain untuk menyebarkan agama Islam, berbeda dengan pemaknaan hijrah pada era
sekarang. Terutama bagi muslim milenial yaitu berubahnya seseorang dari segi
perilaku, sikap, penampilan dan tutur bahasa dari yang buruk ke lebih baik.
Perubahan tersebut diantaranya yaitu berubahnya penampilan mereka. Kaum muslim
menggunakan celana cingkrang atau panjang dari celananya hanya mencapai diatas
mata kaki, menumbuhkan jenggot. Untuk muslimahnya sendiri mengenakan gamis,
memakai kerudung yang lebar bahkan mengenakan cadar. Dalam tutur bahasa
sehari-hari para milenial yang berhijrah memiliki perubahan pemakaian kata-kata
ke bahasa Arab seperti menyebut temannya dengan antum, dan penyebutan
laki-laki dengan ikhwan sedangkan perempuan dengan akhwat.
Mayoritas generasi milenial yang
mengikuti tren hijrah ini berlatar belakang memiliki kehidupan pada masa
lalunya yang buruk, kemudian ingin merubah kehidupannya menjadi lebih baik.
Anak muda muslim atau muslim milenial cenderung lebih gampang menerima sesuatu
yang baru. Melalui hijrah kehidupan mereka bisa berubah. Menurut Prof. HM
Baharun, Guru Besar Sosiologi Agama UIN Ampel, mengungkapkan bahwa faktor
pendorong generasi milenial untuk hijrah adalah 1) remaja merasa kekosongan
jiwa yang menimbulkan kejenuhan dan ketidaktenangan walaupun kehoupan telah
mengiming-imingin kesenangan. 2) remaja yang sudah berpikir kritis didukung
dengan akses informasi keagamaan yang luas memudahkan remaja milenial untuk
berkembang (Raharjo, 2018)
Munculnya sebuah gerakan adalah
pilihan rasional bagi pelakunya. Seperti halnya gerakan-gerakan sosial pada
umumnya, gerakan hijrah juga bergerak atas dasar kepentingan dan tujuan
bersama. Gerakan pemuda hijrah yang berada di Indonesia berdiri sejak tahun
2015. Terdiri atas beberapa komunitas yang berbeda yang telah berkeyakinan
untuk belajar mendalami agama Islam. Menurut Anthony Giddens menyatakan bahwa
“gerakan sosial adalah suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan
bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama di luar lingkup lembaga-lembaga
yang mapan” (Fadilah Putra, 2006). Dalam gerakan sosial terdapat teori Gerakan
Sosial Baru (GSB) mempunyai gambaran baru seperti tampilan wajah gerakan baru
yang timbul di masyarakat. GSB memfokuskan pada tindakan rasional yang
didalamnya terdapat pemaksaan-pemaksaan yang bersifat struktural. Sifat gerakan
sosial dipengaruhi oleh konteks struktural yang berkembang pada masanya.
(Rusmanto, 2018)
Salah satunya adalah gerakan shift
yang didirikan oleh salah satu tokoh agama bernama Hanan Attaki. Melansir dari
berbagai sumber, ia lahir di Aceh pada 31 Desember 1981. Ia telah menyelesaikan
masaa studinya di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Mengambil jurusan Tafsir
Al-Qur’an di Fakultas Ushuluddin. Gerakan shift ini lebih menggaet anak-anak
muda atau generasi milenial supaya belajar ilmu agama Islam lebih mendalam.
Gaya ceramah yang diberikan oleh Ustadz Hanan Attaki sering menggunakan bahasa
kekinian atau “gaul”. Isi ceramah yang dibawakannya juga mengenai hal-hal yang
sering dirasakan oleh kebanyakan orang, seperti tentang rezeki,
niat, doa, kesabaran dan jodoh. Sehingga gampang diterima oleh anak-anak muda
yang mendengarkannya.
Kecanggihan teknologi dan
ketersediaan internet yang memberikan fitur kebebasan dalam menyebarkan
informasi menjadikan meluaskan penyebaran tren hijrah. Melihat tren hijrah ini
targetnya adalah para anak-anak muda atau generasi milenial yang lebih
menginginkan sesuatu yang mudah didapat. Melalui media sosial gerakan hijrah
ini menyebar, seperti pada instagram, twitter, facebook dan youtube. Salah
satunnya media sosial yang dimiliki ustad Hanan Attaki yaitu Instagram dan
Youtube.
Para pengikut akun media sosial
Ustad Hanan Attaki mayoritas adalah anak-anak muda. Melalui media sosial anak
muda sebagai entitas yang perlu diarahkan karena dianggap belum bisa mengambil
sebuah keputusan dengan pasti serta kaum muda mudah didekati dengan cara yang
berbau instan.
Tren Hijrah semakin menguat dengan
munculnya tokoh-tokoh dari kelompok public figure (artis) yang menunjukan
dirinya ikut tergolong dalam gerakan hijrah sehingga banyak mengajak para
masyarakat yang mengidolakan artis tersebut untuk ikut dalam gerakan hijrah.
Seperti halnya, Sazkia Sungkar, Irwansyah, Kartika
Putri dan kawan-kawan. Para artis yang berhijrah ini disebut micro-celebrities
yaitu sekelompok orang yang dapat menunjukan praktik agama dalam ruang publik.
Berbagai cerita pribadinya seperti gambar, video dan caption-captionnya yang
mereka posting menjadi daya tarik bagi para fans atau pengikutnya.
Munculnya berbagai permasalahan
dikalangan milenial mengakibatkan merostnya nilai dan moral. Tingginya angka
kriminalitas seperti mengonsumsi narkoba, pergaulan bebas dianggap perlu untuk
dibenahi. Maka dari itu muncul sebuah gerakan hijrah untuk meminimalisir
tingginya angka kriminalitas dikalangan milenal tersebut. Penyebaran dakwah
Islam melalui media sosial atau disebut dakwah virtual dengan bahasa yang
ringan terbukti ampuh dalam mengajak khalayak terutama anak muda untuk dapat
mengikuti langkah yang sama. Masyarakat akan terbantu dalam hal belajar tentang
agamanya hanya melalui media massa. Para muslim milenial yang telah mengikuti
gerakan pemuda hijrah ini dan telah merubah penampilan serta perilakunya akan
merasakan bahwa kehidupannya lebih baik daripada kehidupan masa lalunya.
Secara sederhana hijrah dimaknai sebagai
berubahnya kehidupan seseorang dari masa lalu ke masa sekarang. Dan jika
dilihat bahwa gerakan hijrah sebagai tempat untuk berdakwah atau menyebarkan
ajaran agama Islam maka perlu adanya penguatan pemahaman hijrah secara terpadu
antara nilai-nilai normatif dan historis. Karena sesungguhnya hijrah selain
mencangkup tata nilai dan aturan yaiu untuk mewujudkan impian yang
terbaik.
Referensi :
Addini, Agnia, (2019). Fenomena
Gerakan Hijrah Di Kalangan Pemuda Muslim sebagai Mode Sosial. Journal of
Islamic Civili_ation. Vol 1, No 2. ISSN: 2567-1021
Anang,
Muhammad, Eko. Fenomena Hijrah Era Milenial : Studi tentang Komunitas Hijrah
di Surabaya. UIN Sunan Ampel. 2019
Annisa, Firly. (2018). Hijrah
Milenial : Antara Kesalehan dan Popularism. Maarif. Vol 13, No 1
Fajriani,
Suci, Wahyu, dkk. (2019). Hijrah
Islami Milenial Berdasarkan Paradigma Berorientasi Identitas. Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Sosiologi. Vol 3, No 2.
https://m.liputan6.com/lifestyle/read/3960637/sosok-ustad-hanan-attaki-yang-akrab-dengan-milenial
Komentar
Posting Komentar