KONSEP KECERDASAN MAJEMUK DAN IMPLIKASI EDUKATIFNYA...


KONSEP KECERDASAN MAJEMUK DAN IMPLIKASI EDUKATIFNYA

Alfiyah Laila Afiyatin
Konsentrasi Bimbingan Konseling Islam
Pascasarjana Univesritas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jl. Marsda Adisucipto, Yogyakarta, 5528157998
Telp (1274) 519709, Email:  pps@uin-suka.ac.id

1.      Pendahuluan
Dalam Islam, pendidikan menjadi kebutuhan yang bersifat primer bagi siapapun, baik itu pendidikan pendidikan formal atau formal, pendidikan di masa kecil atau di masa tua, di sekolah atau pesantren, dan bahkan di lingkungan sosial.
Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada pelaku pendidikan, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai tujuan untuk berpartisipasi dalam keberlangsungan pendidikan atau aplikasinya dalam masyarakat sebagai rumah pengabdian.[1]
Menurut Munif dalam bukunya dijelaskan, bahwa tujuan dari Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. [2]
Berfokus pada pendidikan Agama Islam, Aminudin dalam skripsi Ulvi dijelaskan, bahwa tujuan dari dari pendidikan adalah untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama Islam yang mengkorelasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.[3]
Dalam Al-Qur’an, Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Berbagai kecerdasan yang ada pada manusia telah dibuktikan oleh Gardner dalam penelitiannya selama bertahun-tahun tentang perkembangan kapasitas kognitif manusia. Menurutnya, setiap individu memiliki keahlian tertentu, setiap individu mempunyai perbedaan dalam tingkat keahlian dan dalam sifat kombinasinya dari Sembilan kecerdasan majemuk (multiple intellegences) manusia yang bisa ditumbuhkembangkan dan digali potensinya.[4]
Pengertian kecerdasan dijelaskan oleh Ulvi Mualivah dalam skripsinya yang menutip dari Gardner, bahwa kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menghadapi suatu persoalan, dan kemudian menyelesaikannya atau membuat sesuatu itu memiliki guna bagi orang lain.[5] Berlanjut dari itu, kecerdasan majemuk menjadi estafet pembahasan selanjutnya yang dijelaskan oleh Yaumi yang kemudian dikutip oleh Tabi’in, bahwasannya kecerdasan majemuk ini adalah berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik untuk menyelesaikan suatu persoalan dalam pembelajaran.[6]
Sejalan dengan  kecerdasan majemuk di atas. Oleh karena itu, pembelajaran Pendidikan Agama Islam terkait bagaimana membuat peserta didik dapat belajar dengan mudah dan terdorong kemampuannya sendiri untuk belajar apa yang telah tertulis dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik dan diajarkan  dengan metode pembelajaran berbasis intelegensi untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.[7]
Dengan demikian, tingkat pemahaman hasil belajar dikatakan baik dan berhasil apabila siswa dapat dilatih untuk memanfaatkan seluruh alat inderanya. Untuk itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat membantu mengaktifkan seluruh indera yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran yang diberikan. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kecerdasan majemuk atau multiple intelligence, karena dengan model pembelajaran tersebut, siswa dapat mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya.
Dari uraian pendahuluan tersebut di atas, maka penulis akan menguraikan sedikit penjelasan tentang Konsep Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) dan Implikasi Edukatifnya.

2.      Pembahasan
1)   Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)
a.        Definisi
Sebenarnya, Multiple Intelligence merupakan sebuah teori yang dimunculkan oleh Dr. Howard Gardner, seorang psikolog dari Project Zero Harvard University pada tahun 1983. Hal yang menarik pada teori kecerdasan ini adalah adanya usaha untuk melakukan pembenahan pada definisi kecerdasan. Sebelum muncul teori Multiple Intelligence, teori kecerdasan lebih diartikan secara sempit. Kecerdasan seseorang lebih ditentukan oleh kemampuannya dalam menyelesaikan serangkaian tes psikologi, kemudian hal itu diubah menjadi serangkaian standar kecerdasan. Daniel Muljs dan David Reynolds dalam bukunya berjudul Effective Teaching mengatakan bahwa Gardner berhasil mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang sejak tahun 2905 banyak digunakan oleh para psikolog di seluruh Indonesia.[8]
Menurut Hoerr, seseorang dikatakan memiliki kecerdasan apabila memenuhi beberapa (tidak perlu semua) kriteria berikut[9] :
a)    Ditunjukkan dengan keberadaan orang idiot-genius, berbakat, dan individu yang memperlihatkan tingkat kecakapan tinggi dalam suatu bidang.
b)   Memiliki oerasi (proses) inti atau seperangkat operasi yang perlu dikenali.
c)    Memiliki sejarah perkembangan yang berbeda.
d)   Didukung oleh uji psikologis.
e)    Didukung oleh temuan-temuan psikometrik. dan
f)    Memiliki sejarah evolusioner.
Multiple intelligence adalah sama kecerdasan majemuk (dalam perbedaan Bahasa). Multiple intelligence merupakan sebuah teori yang berasal dari Bahasa Inggris dan terbagai menjadi dua kata, yakni kata pertamanya “multiple” dan kata yang kedua “intelligence”. Multiple artinya banyak atau jamak, sedangkan kata intelligence artinya kecerdasan.[10]
kecerdasan majemuk juga menjadi fokus penjelasan bagi Elin dan Sriyati dalam tulisannya, bahwa kecerdasan majemuk adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah atau menciptakan suatu produk yang efektif dan bernilai dalam suatu latar belakang tertentu.[11]
Istiningsih dan Ana Fitrotin menjelaskan teori multiple intelligence dalam tulisannya, bahwa menurut Gardner, intelligence is the ability to find and solve problems and created product of value I one’s own culture”, ditambahkan, bahwa kecerdasan seseorang dapat dilihat dari dua kebiasaan, yaitu kebiasaan seseorang dalam menyelesaikan masalah sendiri (Problem solving) dan kebiasaan seseorang dalam menciptakan produk-produk baru yang memiliki nilai budaya.[12] Agustin, dkk. menambahkan dari hasil tulisannya, bahwa kecerdasan majemuk atau multiple intelligence adalah suatu kemampuan ganda untuk memecahkan suatu masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.[13] 
Multiple Intelligence yang diterapkan oleh para pendidik merupakan cara memperlakukan semua peserta didik dengan perlakuan yang sama dan istimewa. Semua peserta didik merasakan semua pelajaran yang diajarkan dengan mudah dan menarik. Hal ini dikarenakan semua peserta didik memiliki kecerdasan, dan kecerdasan tersebut bersifat unggul, artinya seseorang cenderung memiliki kecerdasan.[14]
b.        Konsep Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)
Konsep multiple intelligence menitiberatkan pada ranah keunikan menemukan kelebihan setiap anak. Lebih jauh dari itu, konsep ini percaya bahwa tidak ada anak yang bodoh sebab setiap anak pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat dideteksi sejak awal, otomatis kelebihan itu adalah potensi kepandaian sang anak. Atas dasar itu, seharusnya sekolah menerima siswa barunya dalam kondisi apapun.[15]
Menurut Gardner, setiap individu normal memiliki tiap keahlian hingga taraf tertentu; setiap individu mempunyai perbedaan dalam tingkat keahlian terentu; dan setiap individu berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan. Banyak beberapa pendidik atau pun lembaga pendidikan yang salah mengartikan tentang maksud dari kecerdasan majemuk, mereka menganggap bahwa kecerdasan majemuk adalah bidang studi. Padahal, arti dari strategi atau konsep kecerdasan majemuk adalah bagimana guru mengemas gaya mengajar agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya.[16]
Menurut Jasmin dalam skripsi Mila dijelaskan, bahwa multiple intelligence bukan hanya mengakui perbedaan individual. Lebih dari itu, seorang pendidik perlu menerapkan pengajaran dan penilaian yang disertai dengan penerimaan sebagai suatu yang normal, wajar, bahkan menarik dan sangat berharga.[17]
Teori multiple intelligence menurut Gender dalam tulisan Andreas dijelaskan, bahwa konsep dari kecerdasan majemuk adalah lebih mengarah pada sikap menghargai keunikan setiap orang, berbagai variasi belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka dan cara yang hamper tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri di dunia.[18]
c.         Karakteristik Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)
Multiple Intelligence memiliki karakteristik konsep sebagai berikut :
·         Semua kecerdasan itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Dalam pengertian ini tidak ada kecerdasan yang lebih baik atau lebih penting dari kecerdasan yang lain (Amstrong, 2003).
·         Semua kecerdasan yang dimiliki manusia tidak persis sama. Semua kecerdasan dapat diekplorasi, ditumbuhkan dan dikembangkan secara optimal.
·         Semua kecerdasan berbeda tersebut bekerja untuk mewujudkan aktivitas yang diperbuat oleh manusia, dan satu aktivitas mungkin membutuhkan lebih dari satu kecerdasan (Gardner, 1993).
·         Saat seseorang dewasa, kecerdasan akan diekspresikan melalui rentang pecapaian profesi dan hobi . misalnya pada masa balita seorang anak suka dengan symbol dan angka, maka pada dewasanya nanti anak ini menjadi akuntan.
·         Ada kemungkinan seorang anak berada dalam keadaan kondisi beresiko. Dalam arti mereka akan mengalami kegagalan dalam tugas-tugas tertentu yang melibatkan kecerdasan tersebut apabila tidak memperoleh bantuan (Gardner, 1993).[19]
d.        Jenis-jenis Kecerdasan
Dijelaskan dalam tulisan karya Ana Fitrotun, bahwasannya Gardner dalam penelitiannya awalnya menyimpulkan bahwa terdapat tujuh kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, yaitu kecerdasan linguistik, matematis-logis, ruang visual, kinestetik badani, musical, antarpribadi, dan intra-pribadi. Kemudian dalam bukunya Intelligence Reframed Gardner ia menambahkan dua kecerdasan, yaitu kecerdasan naturalis dan eksistensial.
Untuk mengetahui dan mengenali jenis kecerdasan, maka Nurul menjelaskan dalam tulisannya yang mengutip dari Howard Gardner,[20] dan akan diuraikan penjelasannya beserta ciri-cirinya sebagai berikut:
1)        Kecerdasan Linguistik (word smart)
Kecerdasan liguistik disebut juga kecerdasan Bahasa. Orang yang memiliki kecerdasan ini pandai mengolah kata-kata. Ciri-ciri dari orang yang memiliki kecerdasan linguistik adalah suka membaca, gemar menulis, suka bermain scrable atau TTS, atau memarodikan kata-kata. Pengembangan dari kecerdasan kinestetik adalah dengan membaca berbagai buku, majalah, dan literatur lainnya. Dan ada baiknya juga dengan membiasakan diri menulis sesuatu (pengalaman hidup atauapapun yang didapat dari membaca atau menonton, dana tau bersaat teduh). Kecerdasan lain yang mendukung adalah self smart, logic smart, dan people smart. Pekerjaan yang sesuai adalah MC, trainer, penyiar radio, guru, story teller, public relation, sastrawan, dan lain-lain.
2)        Kecerdasan Spasial (pictue smart)
Kecerdasan spasial disebut juga dengan kecerdasan gambar. Orang yang memiliki kecerdasan ini sangat mudah mengingat gambar, dan memiliki imajinasi yang kuat. Apabila ia mengingat sesuatu, bayangan itu akan tergambar dengan retorika konsep yang ia miliki. Ciri-ciri dari orang yang memiliki kecerdasan ini adalah lebih tertarik pada gambar daripada tulisan, peka terhadap warna, suka fotografi atau videografi, dan mampu membayangkan sebuah benda yang dilihat dari sebuah sudut.pengembangan untuk kecerdasan spasial adalah lebih sering menggambar, dan lebih baik apabila menambahkan gambar-gambar lainnya yang berhubungan dengan catatannyanya. Kecerdasan lain yang mendukung adalah nature smart, karena alam merupakan sumber inspirasi. Pekerjaan yang sesuai adalah desain grafis, arsitek, desain interior, pemahat, cameramen atau fotografer, dan lain-lain.
3)        Kecerdasan Matematis (logic smart)
Kecerdasan matematis disebut juga kecerdasan logika. Orang yang memiliki kecerdasan ini biasanya unggul dalam bidang MIPA. Orang yang logic smart adalah orang yang realistis dan selalu mencari jawaban atas berbagai pertanyaan. Ciri dari orang yang memiliki kecerdasan matematis adalah unggul dalam bidang matematika dan fisika, selalu bertanya “kenapa” pada segala sesuatu, mudah menghafal angka, yakin segala sesuatu itu ada alasannya. Kecerdasan lain yang mendukung adalah nature smart, karena perlu guna untuk memancing otak anda untuk menemukan jawaban dari berbagai pertanyaan dan music smart, karena untuk kerja otak menjadi maksimal. Pekerjaan yang sesuai dengan kecerdasan ini adalah ilmuan sains, akuntan, programmer, ahli teknik (sipil, elektro, kimia, dan mesin).
4)        Kecerdasan Kinestetis (body smart)
Kecerdasan ini lebih dominan pada kemampuan untuk mengendalikan gerakan, keseimbangan, koordinasi, dan ketangkasan lainnya. Umumnya, orang yang memiliki kecerdasan kinestetis suka dengan olahraga dan hal yang melibatkan pengendalian fisik. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan kinestetis adalah suka berolahraga, menirukan perilaku atau gerak-gerik orang lain, suka menari, dan kegiatan yang membutuhkan keterampilan tangan. Pengembangan untuk kecerdasan kinestetis ini adalah melalui olahraga, dan bagi yang suka dengan prakarya cobalah untuk mengembangkan hobi tersebut. Kecerdasan yang mendukung adalah logic smart, karena dengan kecerdasan logic seseorang dapat mengamati kemampaun dan kelemahan lawan serta menyelidiki situasi lapangan. Pekerjaan yang sesuai adalah atlet, penjahit, pesulap, penata rambut, aktor, dan sebagainya.
5)        Kecerdasan Musik (music smart)
Kecerdasan music sudah terlihat jelas, bahwa fokusnya adalah pada music. Ciri orang yang memiliki kecerdasan music adalah suka bersiul, hafal dengan nada lagu, menguasai salah satu alat music, dan peka terhadap suara. Pengembangan untuk kecerdasan music adalah perbanyak mendengar jenis music atau alat musik, membentuk grup band dan berlatih bersama-sama. Kecerdasan lain yang mendukung kecerdasan music adalah body smart, self smart, word smart, dan nature smart. Namun, kecerdasan-kecerdasan tersebut tidak bersifat langsung secara bersamaan.
6)        Kecerdasan Interpersonal (ipeople smart)
Orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan sosial yang tinggi. Mudah berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain atau yang baru dikenal. Orang yang memiliki kecerdasan ini ini mudah untuk beradaptasi denganorang-orang di lingkungan sekitarnya. Ciri dari orang yang memiliki kecerdasan ini adalah mudah berteman, suka berkenalan dengan orang baru, suka bekerja kelompok, suka kegiatan sosial. Pengembangan untuk kecerdasan interpersonal adalah bergaul dengan berbagai orang seluas-luasnya dan pelajari karakter-karakter mereka. Kecerdasan lain yang mendukung adalah word smart, karena pengolahan kata yang baik dan kemampuan sosial yang baik akan semakin menjadikan hubungan itu efektif. Pekerjaan yang sesuai dengan kecerdasan interpersonal adalah pengusaha, public relation, psikolog, konselor, marketing, politikus, trainer, aktivis sosial, dan lain-lain. 
7)        Kecerdasan Intrapersonal (self smart)
Seseorang yang memiliki kecerdasan intrapersonal adalah mereka yang memiliki kemampuan dalam memahami diri. Ia tau tujuan hidupnya, punya target yang ingin dicapai, mengerti kelemahan dan potensi yang dimiliki. Sebenarnya kecerdasan ini harus dikembangkan oleh semua orang hingga maksimal, dengan tujuan untuk mengambil keputusan penting dalam hidup masing-masing. Ciri dari orang yang memiliki kecerdasan ini adalah teguh dalam berpendirian, cenderung masa bodoh, sering introspeksi diri, mengerti kekuatan dan kelemahna. Pengembangan untuk kecerdasan jenis ini adalah sering-sering melakukan introspeksi diri. Kecerdasan lain yang berhubungan dan mendukung adalah music smart (untuk merenung), natural smart (lebih mudah berintrospeksi), dan picture smart (perenungan dalam bentuk gambar). Pekerjaan yang sesuai adalah semua pekerjaan, karena setiap kegiatan atau aktivitas sangat melibatkan kecerdasan intrapersonal.
8)        Kecerdasan Naturalis (nature smart)
Secara sederhana, orang dengan kecerdasan naturalis sangat menyukai alam dan lingkungannya. Ia sangat suka bepergian dan segala kegiatan luar ruang. Ciri-ciri dari orang yang memiliki kecerdasan ini adalah suka bepergian, mendaki, gemar memasak, suka fotografi, menonton acara televise tentang flrora dan fauna. Bentuk pengembangannya adalah mengumpulkan berbagai jenis tanaman atau memilihara hewan tertentu. Kecerdasan lain yang mendukung kecerdasan naturalis adalah body smart, karena seseorang yang memiliki kecerdasan naturalis cenderung membutuhkan stamina yang cukup kuat. Pekerjaan yang sesuai dengan kecerdasan naturalis adalah arkeolog, astronom, ahli botani, ahli biologi, peneliti lingkungan, dokter hewan, dan lain-lain.
9)        Kecerdasan Eksistensial (existensial intelligence)
Seseorang yang memiliki kecerdasan eksistensi cenderung menanyakan segala sesuatu mengenai keberadaan manusia, arti kehidupan, dan kesadaran akan Tuhan.

Jadi, teori multiple intelligence adalah validasi kecerdasan tertinggi bahwa perbedaan individu itu sangat penting untuk difahami.

2)   Implikasi Edukatif
Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan dasar harus dapat menerapkan multiple intelligences ini dalam berbagai proses pembelajarannya. Hal ini bersifat penting sebagai bentuk kepedulian pendidik terhadap kebutuhan kepada peserta didik secara general. Multiple intelligence dapat dibangun dengan dasar bakat, sosial, dan religi yang dapat dikembangkan dengan pembelajaran kontekstual.[21]
Perkembangan teori-teori kecerdasan saat ini bergerak lebih ke arah yang lebih manusiawi. Akulturasi pendidikan dan psikologi bekerjasama dan saling melengkapi untuk memberikan pemahaman baru tentang siswa serta kontribusinya dalam menyempurnakan desain pendidikan. Sebagai contoh, multiple intelligence theory yang dicetuskan oleh Gardner merupakan teori kecerdasan dalam ranah psikologi. Tetapi, jika ditarik dalam rana pendidikan, teori Gardner menjadi sebuah strategi pembelajaran untuk memberikan materi apapun dalam semua rumpun bidang studi.[22]
a.      Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis kecerdasan majemuk (multiple intelligence)[23]
Diantara prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk antara lain adalah :
1.    Berpusat pada Siswa : Siswa dipandang sebagai makhluk Tuhan dengan fitrah yang dimiliki, sebagai makhluk individu dan sosial. Setiap siswa memiliki perbedaan minat, kemampuan, kesenanagn, pengalaman, dan cara belajarnya.
2.    Belajar dengan Melakukan : Melakukan aktivitas adalah bentuk pernyataan disi siswa. Pada hakikatnya, siswa belajar sambil beraktivitas. Karena itu, siswa berkesempatan untuk melakukan action yang melibatkan dirinya.
3.    Mengembangkan Kemampuan Sosial : Kegiatan belajar tidak hanya megoptimalkan kemampuan individual siswa secara internal, melainkan juga mengasah kemampuan siswa untuk membangun hubungan dengan pihak lain.
4.    Mengembangkan Keinginan, Imajinasi, dan fitrah bertuhan : Kegiatan belajar hendaknya diarahkan pada pengasahan rasa dalam beragama sesuai dengan tingkatan usia siswa.
5.    Mengembangkan Keterampilan pemecahan Masalah : Tolak ukur kepandaian siswa dapat dilihat dari seberapa mampu ia dalam menyelesaikan masalah. Karena itu, dalam proses pembelajaran perlu diciptakan situasi menantang kepada pemecahan masalah agar siswa peka terhadap sebuah masalah.
6.    Mengembangkan Kreativitas Siswa : Guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sebanyak mungkin. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, bahwa setiap orang lahir dengan keadaan yang berbeda-beda dan masing-masing mempunyai potensi yang berbeda.
7.    Mengembangkan Kemampuan menggunakan Ilmu dan Teknologi  : Agar siswa tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, guru hendaknya mengaitkan materi yang disampaikan dengan kemajuan ilmu dan teknologi saat itu.
8.    Menumbuhkan Kesadaran sebagi Warga Negara yang Baik : Sebagai warga negara Indonesia, kegiatan pembelajaran perlu diciptakan untuk mengasah jia nasionalisme. Untuk itu, guru harus membuat banyak contoh yang terkait budaya atau konteks Indonesia.
9.    Belajar Sepanjang Hayat : Manusia pembelajar dalam Islam tidak dibatasi dengan usia kronologis tertentu, namun juga secara formal. Untuk itu, hendaknya mendorong siswa untuk terus mencari ilmu dimanapun berada, tidak hanya di bangku sekolah.
10.              Perpaduan Kompetisi, Kerjasama, dan Solidaritas : Kegiatan pembelajaran perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kompetisi sehat dan menciptakan solidaritas. Untuk itu, kegiatan pembelajaran dapat dirancang dengan strategi kuis atau kunjungan ke tempat-tempat sosial. 
b.      Relevansi Penerapan Konsep Kecerdasan majemuk pada Pendidikan Agama Islam
Relevansi penerapan konsep kecerdasan majemuk pada pembelajaran PAI adalah metode guru atau pendidik dalam memahami kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik yang beragam. Keterkaitan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu sebagai metode atau cara untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara maksimal. Karena pembelajaran dengan konsep kecerdasan majemuk (multiple intelligence) lebih manusiawi dan akan lebih baik jika kecenderungan setiap peserta didik dihargai dan diasah, bukan diabaikan atau diminimalkan.
c.       Teknik Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk (multiple intelligence)
Teknik implementasi konsep kecerdasan majemuk atau multiple intelligence,[24] adalah sebagai berikut :
1)   Melakukan identifikasi IQ dan melakukan observasi multiple intelligence yang dimiliki oleh anak.
2)   Berdasarkan hasil tes IQ, lakukan pembentukan kelompok belajar sehingga membantu pendampingan belajar dan evaluasi proses observasi.
3)   Berilah perhatian anak dalam kelompoknya. Tidak emmandang anak di seluruh kelas, guru kemudian dapat melaksanakan proses pembelajaran, pendampingan, dan evaluasi proses.
Adapun cara yang dapat dilakukan dalam pendampingan anak berdasarkan keunikan masing-masing adalah sebagai berikut :
1)   Hindari guru memaksakan kehendak. Karena guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, sehingga ia hanya bertugas memfasilitasi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh anak
2)   Fokus perhatian pada keunikan anak. Guru harus selalu memberikan perhatian kepada setiap anak.
3)   Keunikan anak harus diketahui seawal mungkin
4)   Ketepatan pendampingan perlu memperhatikan variasi kecepatan, kemampuan, semangat, dan lain-lain.
Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik akan menemukan banyak perbedaan dari kecerdasan siswanya. Dalam proses pembelajaran, konsep diferensiasi dapat diimplementasikan untuk memfasilitasi anak dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan konsep diferensiasi merupakan sebuah proses pembelajaran yang dibangun berdasarkan sebuah prespektif dan komitmen tinggi dalam menyesuaikan kurikulum, strategi pembelajaran, strategi penilaian dan lingkungan kelas dengan kebutuhan semua peserta didik. Pembelajaran berferensiensi sama sekali tidak bertentangan dengan konsep persamaan. Pring menjelaskan dan kemudian dikutip oleh Istiningsih dan Ana, bahwa persamaan dalam konteks filsafat pendidikan berarti memberi kesempatan yang sama bagi setiap anak untuk emmeproleh pendidikan tanpa memandang kelas atau status ekonomi atau kekayaan.[25]
Tabi’in juga menjelaskan dalam tulisannya, bahwa penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dapat diterapkan melalui dua tahapan,[26] antara lain adalah :
1)   Memberdayakan semua jenis kecerdasan pada setiap tema pelajaran. Memberdayakan semua jenis kecerdasan dalam setiap tema pelajaran adalah ibarat meng-input informasi melalui delapan jalur ke dalam otak siswa. Bila Bloom menekankan pada tiga jalur dominan yang ada, yaitu kognitif, efektif, dan psikomotor, maka Gardner (1999) menekankan pada delapan kecerdasan yang dimiliki setiap siswa, yaitu linguistic, matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musical, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.
2)   Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan yang menonjol pada setiap siswa

Tahap kedua ini dilaksanakan apabila pendidik telah melakukan identifikasi kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa. Baik Gardner maupun Amtrong, selalu mengingatkan bahwa ada satu atau lebih kecerdasan yang menonjol pada masing-masing individu. Bila kita menyadari hal ini, tentunya kita lebih mudah untuk mengoptimalkan menjadi sesuatu yang bermakna bagi siswa. Atau menjadikannya sebagai jati dirinya, meskipun untuk bidang lainnya harus puas dengan standar minimal yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga.

3.      Kesimpulan
            Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep kecerdasan majemuk (multiple intelligence) menitiberatkan pada ranah keunikan menemukan kelebihan setiap anak, kemudian menghargai keunikan tersebut, serta menemukan strategi bagimana guru mengemas gaya mengajar agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Adapun implementasinya dalam pendidikan adalah untuk memberikan pemahaman baru kepada pendidik dalam menyempurnakan desain pendidikan. Sebagai contoh, multiple intelligence theory yang dicetuskan oleh Gardner merupakan teori kecerdasan dalam ranah psikologi. Tetapi, jika ditarik dalam rana pendidikan, teori Gardner menjadi sebuah strategi pembelajaran untuk memberikan materi apapun dalam semua rumpun bidang studi.

DAFTAR PUSTAKA

A. Tabi’in, Penerapan Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk (Multiple Intellegences) pada Anak Usia Dini, (Jurnal Edukasia Islamika : Vol. 2, No. 1, 2017).
Agustin Dwi Aryani¸ Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Multiple Intelligence (MI) yang Dominan dalam kelas pada materi Tekanan, (Jurnal Radiasi : Vol. 6, No. 1, 2015).
Andreas, Hubungan Antara Multiple Intelligence dengan Prestasi Belajar Siswa kelas XI di SMA Negeri 10 Malang, (Jurnal Psikologi : Vol. 5, No. 2, 2010).
Elin Nailur R & S. Sriyati, Penerapan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk melalui Praktikum untuk Mengungkap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa SMA pada Konsep Spermatophyta, (dalam seminar nasional : Pendidikan Biologi FKIP UNS, 2015).
Istiningsih & Ana F., Implementasi Multiple Intelligence dalam Pendidikan Dasar, (Jurnal Al-Bidayah : Vol. 7, No. 2, 2015).
Nurul H., Menerapkan Multiple Intelligence dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jurnal Dinamika Pendidikan dasar : Vol. 8, No. 1, 2016). 
Mila Dwi C., Penerapan Pembelajaran Berbasis Multiple Inteligence pada Siswa Kelas V di SD Juara Gondokusuman Yogyakarta, (Skripsi : Fakultas ilmu Pendidikan, 2015).
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Agama Islam: Upaya Merefleksikan Pendidikan Agama Islam di sekolah, (Bandung: PT Remaja Posdakarya, 2004).
Muhammad Ali, Hakikat Pendidik dalam pendidikan Islam, (Jurnal Tarbawiyah : Vol. 11, No. 1, 2014).
M. Yaumi & Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (multiple intelligence):  Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta Anak, (Jakarta : Kencana, 2013).
Munif Chatib, Gurunya Manusia : Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, (Bandung : Kaifa, 2012, Cet. Ke-8.  
Munif Chatib, Gurunya Manusia, Cet.-8, (Bandung : Kaifa Learning, 2012).
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia : Sekolah berbasisi multiple Intelligence di Indonesia,, (Bandung : Kaifa, 2009).
Sutrisno, Revolusi pendidikan di Indonesia, (Yogyakarta : Ar Ruzz, 2005).
Thomas R. Buku Kerja Multiple Intellegences, (Bandung : Khaifa, 2007).
Ulvi Mualivah, Analisis Penerapan Konsep Kecerdasan Majemuk pada pembelajaran Pendidikan Islam  dalam Mencapai Tujuan pendidikan Nasional di Kelas IV Sekolah Dasar Juara Yogyakarta, (Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2015).



[1] Muhammad Ali, Hakikat Pendidik dalam pendidikan Islam, (Jurnal Tarbawiyah : Vol. 11, No. 1, 2014), hlm. 82.
[2] Munif Chatib, Gurunya Manusia, Cet.-8, (Bandung : Kaifa Learning, 2012), hlm. 71.
[3] Ulvi Mualivah, Analisis Penerapan Konsep Kecerdasan Majemuk pada pembelajaran Pendidikan Islam dalam Mencapai Tujuan pendidikan Nasional di Kelas IV Sekolah Dasar Juara Yogyakarta, (Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2015), hlm. 5.
[4] Thomas R. Buku Kerja Multiple Intellegences, (Bandung : Khaifa, 2007), hlm. 11.
[5] Ulvi Mualivah, Analisis Penerapan Konsep Kecerdasan Majemuk pada pembelajaran Pendidikan Islam dalam Mencapai Tujuan pendidikan Nasional di Kelas IV Sekolah Dasar Juara Yogyakarta,… hlm. 3.
[6] A. Tabi’in, Penerapan Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk (Multiple Intellegences) pada Anak Usia Dini, (Jurnal Edukasia Islamika : Vol. 2, No. 1, 2017), hlm. 51.
[7] Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Agama Islam: Upaya Merefleksikan Pendidikan Agama Islam di sekolah, (Bandung: PT Remaja Posdakarya, 2004), hlm. 145.
[8] Munif Chatib, Gurunya Manusia : Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, (Bandung : Kaifa, 2012, Cet. Ke-8), hlm. 132.
[9] Thomas R., Buku Kerja Multiple Intelligence… , hlm. 12-13. 
[10] A. Tabi’in, Penerapan Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) pada Anak Usia Dini…, hlm. 54-55.
[11] Elin Nailur R & S. Sriyati, Penerapan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk melalui Praktikum untuk Mengungkap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa SMA pada Konsep Spermatophyta, (dalam seminar nasional : Pendidikan Biologi FKIP UNS, 2015), hlm. 416. 
[12] Istiningsih & Ana F., Implementasi Multiple Intelligence dalam Pendidikan Dasar, (Jurnal Al-Bidayah : Vol. 7, No. 2, 2015), hlm. 183.
[13] Agustin Dwi Aryani¸ Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Multiple Intelligence (MI) yang Dominan dalam kelas pada materi Tekanan, (Jurnal Radiasi : Vol. 6, No. 1, 2015), hlm. 2.  
[14] A. Tabi’in, Penerapan Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) pada Anak Usia Dini…, hlm. 53.
[15] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia : Sekolah berbasisi multiple Intelligence di Indonesia,, (Bandung : Kaifa, 2009), hlm. 92.
[16] Ibid., hlm. 108.
[17] Mila Dwi C., Penerapan Pembelajaran Berbasis Multiple Inteligence pada Siswa Kelas V di SD Juara Gondokusuman Yogyakarta, (Skripsi : Fakultas ilmu Pendidikan, 2015), hlm. 16.
[18] Andreas, Hubungan Antara Multiple Intelligence dengan Prestasi Belajar Siswa kelas XI di SMA Negeri 10 Malang, (Jurnal Psikologi : Vol. 5, No. 2, 2010), hlm. 314. 
[19] Ibid., hlm. 313-314. 
[20] Nurul H., Menerapkan Multiple Intelligence dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jurnal Dinamika Pendidikan dasar : Vol. 8, No. 1, 2016), hlm. 73-77.
[21] Istiningsih & Ana F., Implementasi Multiple Intelligence dalam Pendidikan Dasar…, hlm. 189.
[22] M. Yaumi & Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (multiple intelligence):  Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta Anak, (Jakarta : Kencana, 2013), hlm. 38.
[23] Sutrisno, Revolusi pendidikan di Indonesia, (Yogyakarta : Ar Ruzz, 2005), hlm. 63.
[24] Istiningsih & Ana F., Implementasi Multiple Intelligence dalam Pendidikan Dasar…, hlm. 189.
[25] Istiningsih & Ana F., Implementasi Multiple Intelligence dalam Pendidikan Dasar…, hlm. 190.
[26] A. Tabi’in, Penerapan Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) pada Anak Usia Dini…, hlm. 66.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gerakan Sosial Baru dalam Fenomena Gerakan Hijrah dikalangan Millenium

contoh laporan praktik konseling